Menonton Tabrakan dari Sudut Pandang Orang Ketiga

Kita dapat membaca amatan dan celetukan Raras akan keseharian di kota Berlin yang sudah dihuninya selama setahun itu. Sketsa-sketsa awal berbentuk diari visual, mendeskripsikan apa-apa saja yang ia lihat sehari-hari, dilengkapi dengan teks yang berfungsi menerangkan peristiwa tersebut sejelas dan serinci mungkin. Terkadang dikombinasikan dengan pengalaman lain yang masih terkait dengan gambar tersebut.

Betwixt and Between II: Dari Keseharian untuk Hal Lainnya

16 – 28 Februari 2023Studio 54, Cipete, Jakarta Selatan(Pembukaan Pameran: Kamis, 16 Februari 2023, 18.00) Klik untuk membaca kuratorial pameran Betwixt & Between adalah sebuah proyek pameran jangka panjang yang berupaya menangkap perjalanan rupa dalam keseharian seniman. Pameran ini diinisiasi dan dijalani oleh jejaring seniman dan kurator muda untuk menimbang ulang keseharian sebagai metode penciptaan …

LitFilm – Jakarta Content Week 2022

Jakarta Content Week (JakTent) is a creative festival based in Jakarta in partnership with Frankfurt Buchmesse. It aims to become the central hub for creative content and rights trading for publishing products and other IPs from the cultural and creative sectors in the Asia-Pacific region. LitFilm is a film festival for the screening of arthouse …

perihal macrotweeting

12 Februari 2022, 1.22 AM Sesuatu mendorongku untuk mulai kembali mengulik cat air. Lalu menggambar adegan dari performans Ambangan yang kulakukan bersama beberapa kawan dari 69 Performance Club pada Maret 2020 silam. Aku mengirimkan gambar tersebut ke mereka, dan kurasa hal itu membangkitkan perasaan-perasaan serupa dalam mereka, “sesuatu-sesuatu” yang mendorong munculnya “sesuatu-sesuatu” yang lain. Mungkin …

catatan sebelum kembali bekerja di hari raya

perihal Bumi Manusia Kemarin pagi, aku bersama ibuku dan adikku mendapatkan kesempatan menonton Bumi Manusia terlebih dahulu di sebuah acara yang diselenggarakan Keluarga Kemahasiswaan UGM. Ibuku—bukan alumni UGM—mendapat tiket dari temannya—bukan alumni UGM juga—yang memborong 20 tiket. Rombongan kami, berduapuluh orang om-om dan tante-tante yang ribut, seperti menyelinap ke dalam pensi sekolah lain. Saat mendengar …

catatan setelah hari raya

“Dini pulang kapan?” tanya Bapak, beberapa hari yang lalu. “Ini lagi pulang.” “Berhenti ngekos gitu, kapan?” “Oktober.” Semester depan, setelah festival film yang kuadakan bersama teman-teman yang lain selesai, aku akan berhenti ngekos dan kembali pindah ke rumah. Sekilas, bukan lompatan iman yang terlalu jauh. Rumahku di Jakarta Pusat, sebenarnya masih memungkinkan kalau pulang-pergi ke …

Sejarah panjang kemalasan saya, dan usaha menyalahkan teknologi atas hal tersebut

Aku mulai menulis tulisan ini minggu lalu setelah mengerjakan artikel mengenai media sosial berkenaan dengan pemikiran McLuhan dan Postman selama nyaris delapan jam berturut-turut. Aku langsung “merasa” telah mencapai kesadaran medium penuh. Sembari mengerjakan artikel, aku merasa terusik setiap kali mendapati diri tengah membuka Instagram untuk hal-hal remeh seperti menjawab komentar. Lebih parah lagi ketika …

Membedah Komodifikasi Rasial dalam Industri Perfilman Amerika Kontemporer

Abstrak Dewasa ini, film-film hasil produksi Hollywood bertema minoritas gender, rasial, etnik, maupun orientasi seksual mulai marak di layar lebar. Mengingat hakikat film sebagai refleksi dari realita setiap zaman di mana ia berada, kesimpulan yang biasa muncul adalah nilai-nilai millenial yang lebih progresif dan berorientasi kepada keberagaman turut mempengaruhi nilai yang dipegang para pelaku film …

mother!: kekacauan yang tak butuh penjelasan

Baru kelar nonton mother! kemaren bareng adek saya, dan kami berdua merasa pusing setelahnya. Sepusing itu sampai saya harus kembali menulis (sambil nulis aja aing masih pusing). Akhirnya! Akhir tahun ini adalah waktu luang pertama saya sejak semester ini dimulai. Kalo gak pusing saya gak bakal nulis, dan melakukan satu hal yang tak sempat saya …